Disunahkan Membuat Acara Makan-Makan di Hari Id dan Tasyrik
Hari Iduladha adalah hari kebahagiaan bagi kaum muslimin. Bahagia dengan berhari raya dan bahagia dengan berlimpahnya daging kurban. Ternyata, kebahagiaan ini bisa disempurnakan dengan berkumpul bersama, mengadakan acara kumpul makan-makan di hari raya Id dan hari Tasyrik (11,12, dan 13 Zulhijah). Mengumpulkan manusia, baik itu keluarga jauh dan dekat, sahabat, serta kolega, untuk makan-makan hukumnya adalah sunah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
جمع الناس للطعام في العيدين وأيام التشريق سنة، وهو من شعائر الإسلام التي سنها رسول الله
“Mengumpulkan manusia untuk makan-makan pada dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha) dan hari Tasyrik adalah sunah, termasuk syiar Islam yang disunahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Majmu’ Al-Fatawa, 25: 298)
Acara kumpul makan-makan tentu akan menambah kebahagiaan dengan bertemu keluarga dan kawan dalam keceriaan dan suasana kebahagiaan. Dalam acara ini pun kita bisa menerapkan sunah menampakkan dan berbagi kebahagiaan pada saat hari raya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
إظهار السُّرور في العيد مِن شعائر الدِّين
“Menampakkan kegembiraan di hari raya Id termasuk dari syiar agama.” (Fathul Bari, 2: 443)
Perintah berbahagia apabila mendapatkan karunia dan keutamaan dari Allah adalah perintah umum dan lebih dikhususkan dan ditekankan lagi ketika hari raya.
Baca Juga: Bagaimana Cara Qurban yang Terbaik?
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. (Karunia Allah dan rahmat-Nya) itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’” (QS. Yunus: 58)
Acara berkumpul makan-makan juga disunahkan ngobrol-ngorol ringan dan berbincang hangat dalam rangka menyambung ukhuwah dan menghilangkan hasad dan kedengkian sesama kaum muslimin di waktu gembira. Berbincang-bincang ketika makan bersama termasuk hal yang disunahkan. Tentu saja disertai dengan adab, misalnya makanan ditelan dulu baru berbicara.
Perhatikan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, beliau berkata,
ﺃُﺗِﻲَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺑِﻠَﺤْﻢٍ ، ﻓَﺮُﻓِﻊَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟﺬِّﺭَﺍﻉُ ، ﻭَﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗُﻌْﺠِﺒُﻪُ ، ﻓَﻨَﻬَﺲَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻧَﻬْﺴَﺔً ﻓَﻘَﺎﻝَ : ( ﺃَﻧَﺎ ﺳَﻴِّﺪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ، ﻭَﻫَﻞْ ﺗَﺪْﺭُﻭﻥَ ﺑِﻢَ ﺫَﺍﻙَ … ) ﺛﻢ ﺫﻛﺮ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﺍﻟﻄﻮﻳﻞ .
“Suatu hari, beberapa daging dihidangkan untuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Lalu ditawarkan kepada beliau bagian kaki depan, bagian yang beliau suka. Beliau pun menggigitnya dengan satu gigitan kemudian bersabda, “Sesungguhnya aku adalah penghulu seluruh manusia di hari kiamat kelak. Tidakkah kalian tahu mengapa demikian?” Kemudian beliau menyebutkan hadis yang panjang tentang syafa’at (sambil makan). (HR. Bukhari no. 3340 dan Muslim no. 194)
An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa berdasarkan hadis ini, terdapat sunah berbincang-bincang ketika makan. Beliau rahimahullah berkata,
ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺍِﺳْﺘِﺤْﺒَﺎﺏ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻛْﻞ ﺗَﺄْﻧِﻴﺴًﺎ ﻟِﻠْﺂﻛِﻠِﻴﻦَ
“Hadis ini menunjukkan anjuran berbincang-bincang ketika makan, agar lebih menyenangkan.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 14)
Demikian pembahasan ringkas ini. Semoga bermanfaat.
Baca Juga:
- Yang Dilarang Potong Rambut Dan Kuku Adalah Hewan Qurban?
- Hukum Qurban Bergilir Antar Anggota Keluarga
***
@ Lombok, pulau seribu masjid
Penulis: Raehanul Bahraen
Artikel asli: https://muslim.or.id/76890-disunahkan-membuat-acara-makan-makan-di-hari-ied-dan-tasyrik.html